Jumat, 16 Oktober 2015

Pengungkapan ( Disclosure ) Teori Akuntansi



PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE)

BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam pengambilan keputusan ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan perekonomian, politik dan prospek industri.
Adapun kualitas dalam pengambilan keputusan itu dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan (Annual Report) agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup (Adequate disclosure).
Catatan atas laporan keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas. Sehingga keberadaan dari disclosure atau pengungkapan dalam perusahaan sangat penting karena  pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai informasi yang relevan dan realiable tercermin di dalamnya.
Sedangkan dalam mekanisme pasar modal, pengungkapan badan usaha merupakan suatu cara untuk menyalurkan pertanggung jawaban perusahaan kepada para investor untuk memudahkan alokasi sumber daya yang menunjukkan laporan tahunan (Annual Report)berupa media yang sangat penting untuk menyampaikan Corporate Disclosure(pengungkapan pada laporan tahunan).


 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disclosure/ Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi. Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan tahunan.
Laporan tahunan (Annual Report) media utama penyampaian  informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor, dan stakeholders llainnya.  Laporan tahunan merupakan mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki dan laporan pelengkap.
Sehingga dalam laporan tahunan lah diketahui seberapa kuat informasi pengungkapan yang diajukan oleh perusahaan.
Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Hendikson,  Breda, (1992) dalamWidiastuti, (2002). Evan, membatasi pengertian pengungkapan hanya padahal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan.Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lain sertainformasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan.
Sementara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statement keuangan segmental dan statement yang merefleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan (Suwardjono, 2005).Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan maupun informasi tambahan (supplementary communications) yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah tanggal pelaporan, analisis manajemen tentang operasi perusahaan di masa yang mendatang, prakiraan keuangan dan operasi, serta informasi lainnyaWolkdanTearney, (1997) dalamWidiastuti, (2002). Pengungkapan menyangkut:


 1. Untuk siapa informasi diungkapkan
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan non kualitatif.
2. Tujuan Pengungkapan
         Tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Hal yang berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkap disebut dengan tingkat pengungkapan (level disclosure). Evan, dalam Suwardjono, (2005) mengidentifikasi tiga konsep pengungkapan adalah pengungkapan yang memadai (adequacy), wajar (fair) dan lengkap (full).
3. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
         Pengungkapan yang memadai menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang harus dipenuhi sesuai dengan tujuan pembuatan laporan keuangan yang tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang diarah. Pengungkapan yang wajar menyiratkan suatu tujuan etika yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua calon pembaca. Pengungkapan lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan.
4.  Cara dan waktu mengungkapkan informasi
         Penyampaian informasi selain disampaikan melalui laporan keuangan dapat juga disampaikan melalui media lain dalam bentuk financial maupun non finansial. Informasi yang bersifat financial dapat mengambil bentuk laporan tahunan, prospektus, laporan analisis dan sejenisnya. Sedangkan yang bersifat non financial antaralain jumpa pers tentang produk baru, rencana perluasan, rencana peningkatan kesejahteraan karyawan dan sebagainya (FASB, SFAC No.5, par 7 dalam Sutomo, (2004)). Mengingat pentingnya pelaporan keuangan tersebut dan agar pelaporan keuangan dapat diinterpretasikan secara tepat, mudah dipahami, dan tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan maka pelaporan keuangan tersebut harus disusun sesuai standar yang berlaku. Alasan yang mendasari perlunya praktik pengungkapan pelaporan keuangan oleh manajemen kepada pemilik adalah hubungan antara principal dengan agent.
 
2.2. Jenis-Jenis Discloure / Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat berdasarkan historical cost.
Adapun jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada stakeholders berupa :
1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah meliputi semua pengungkapan informasi dalam laporan keuangan.
2. Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak.
Dengan adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk berkomunikasi secara efektif dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak adanya standar akuntansi di pelaporan yang diterima secara internasional.

2.3. Tujuan dan Manfaat dari disclosure / pengungkapan laporan keuangan
1. Tujuan
Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum maupun pemerintah, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan besar tersebut dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil.
Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai.
Adapun yang menjadi tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut :
1.      Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2.      Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat.
3.      Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4.      Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun.
5.      Untuk memberikan informasi mengenai arus kas atau keluar dari masa depan.
6.      Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

2. Manfaat
Tujuan dari pengungkapan oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa kepentingan yaitu oleh perusahaan pencari laba (profit making interpreise) berdasarkan pada tiga kategori kepentingan yaitu kepentingan perusahaan, kepentingan investor, dan kepentingan nasional.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.      Manfaat bagi kepentingan perusahaan adalah dapat diperoleh biaya modal yang lebih rendah yang berkaitan dengan berkurangnya resiko informasi bagi investor dan kreditur. Dengan demikian investor dan kreditor bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi, akibat dari harga sekuritas yang tinggi tersebut biaya modal perusahaan menjadi rendah.
2.      Bagi investor pengungkapan bermanfaat untuk mengurangi resiko informasi berupa pengurangan kesalahan pembuatan keputusan investasi. Sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang memberikan pengungkapan secara lengkap, akibatnya sekuritas perusahaan menjadi lebih menarik bagi banyak investor dan harganya akan naik.
3.      Bagi kepentingan Nasional, yaitu berupa adanya biaya modal perusahaan yang rendah dan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor. Dengan diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan, pertumbuhan ekonomi dapat meningkat, kesempatan kerja meluas, dan pada akhirnya standar kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan berkurangnya resiko informasi yang dihadapi investor, pasar modal menjadi likuid. Likuiditas pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat membantu alokasi modal secara efektif.



BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A.Kesimpulan
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi. Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan tahunan
Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan..
Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak.
B. Saran-Saran
Dengan mempelajari pembahasan tentang disclosure/pengungkapan laporan keuangan maka dengan ini penulis mengharapkan kepada semua pihak agar lebih tepat dalam mengungkapkan informasi sehubungan dengan laporan tahunan (Annual Report) sehingga pada stakeholders dapat mempercayai sistem manajemen perusahaan sehingga akan berimbas kepada masa depan perusahaan itu sendiri.
Adapun saran dan kritik sangat penulis harapkan dari para pembaca makalah ini demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.



ISU DAN KASUS DISCLOSURE

MASALAH DALAM PELAPORAN KEUANGAN:
ANALISIS KUALITAS PENGUNGKAPAN DAN SISTEM PENGUKURAN DARI AKUNTANSI TRADISIONAL 

Pengenalan 
Banyak skandal bisnis, serta globalisasi, telah mengakibatkan permintaan untuk pengungkapan penuh informasi non-keuangan dan keuangan (Archambault & Archambault, 2003). Laporan Keuangan, sebagai salah satu perangkat komunikasi antara perusahaan dan investor, memainkan peran utama dalam menerapkan prinsip-prinsip pengungkapan penuh. 
Investor dalam banyak kasus terlalu tergantung pada kualitas pengungkapan laporan keuangan. Memang benar bahwa secara teoritis, perusahaan lebih terbuka semakin baik kualitas pengungkapan dan menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih baik. Selain itu, banyak makalah penelitian juga mendukung teori tersebut (Mitton, 2002; Shaw, 2003). Meskipun demikian, kualitas pengungkapan saja tidak dapat menghilangkan kemungkinan perilaku oportunistik manajer dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu perilaku perataan laba.Makalah ini berpendapat bahwa pengungkapan tidak cukup untuk melindungi investor keuangan global dari perilaku oportunistik manajer.Oleh karena itu, kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan yang diduga tidak mempercayai. Masalah utama dari laporan keuangan pada sistem pengukuran yang karena memberikan banyak kebijaksanaan manajemen dan tidak memperhitungkan perubahan harga. 
Pertama, tulisan ini membahas tata kelola perusahaan yang baik dan prinsip-prinsip pengungkapan laporan keuangan dan kepentingan mereka. Kedua, membahas definisi dan motif perilaku perataan laba, dan juga, para manajer cara halus pendapatan mereka. Lalu, ia mengungkapkan dan uji statistik hubungan antara kualitas pengungkapan dan perataan laba. Akhirnya, ia akan membahas implikasi temuan serta masalah pengukuran pada pelaporan keuangan. 
Tata Kelola Perusahaan dan Pengungkapan 
Sejak tahun 90-an pemain bisnis internasional telah difokuskan pada pentingnya praktek tata kelola perusahaan yang baik.
 Mereka percaya bahwa salah satu penyebab krisis Asia pada tahun 1997-1998 adalah kurangnya tata kelola perusahaan yang baik. Mereka berpendapat bahwa tanpa tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan atau negara-negara yang rentan terhadap krisis keuangan (Mitton, 2002).Selain itu, kasus Enron telah mendorong pelaku usaha untuk merumuskan peraturan yang memperkuat penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Cornford, 2004). 
Cornford (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak ada model tunggal tata kelola perusahaan yang baik, namun berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dan para pemangku kepentingan seperti kreditur dan pemegang saham. Mitton (2002) menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah cara yang pemegang saham minoritas dilindungi dari perilaku oportunistik manajer atau pemegang saham mayoritas. Berdasarkan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) prinsip, salah satu prinsip tata kelola perusahaan adalah tepat waktu dan akurat keterbukaan dan transparansi dari semua informasi mengenai perusahaan. 
Keterbukaan dan prinsip-prinsip transparansi menuntut perusahaan laporan keuangan mereka fakta yang dapat mempengaruhi keputusan pembaca (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2004). Akuntansi Keuangan Standar Board (FASB) menyatakan bahwa "pengungkapan mengacu pada proses penyediaan informasi tentang item dalam laporan keuangan, melalui catatan kaki, jadwal tambahan, atau cara lain" (Shaw, 2003). Keterbukaan diharapkan untuk mengurangi informasi asimetris antara manajemen dan stakeholders terutama investor dan pemberi pinjaman (Verrecchia, 1999). informasi asimetris terjadi karena manajemen informasi lebih lanjut dan kewenangan yang lebih untuk memilih prosedur akuntansi (Milne, 2002). Ini berarti bahwa pengungkapan diharapkan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antara perusahaan dan para pemangku kepentingan (Archambault & Archambault, 2003). 
Pengungkapan tidak hanya menguntungkan investor dan kreditur tetapi juga manajer dan perusahaan. Kualitas keterbukaan menunjukkan kredibilitas manajemen (Ahmed & Courtis, 1991). Ia juga percaya bahwa pengungkapan akan memberikan perlindungan kepada kepentingan pemegang saham. Leftwich (2004) berpendapat bahwa ketika terjadi penurunan tiba-tiba pasar modal, para investor pada perusahaan yang memiliki kualitas yang baik praktek pelaporan akan terlindung dari kerugian besar (Leftwich, 2004). La menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan kualitas baik mengalami penurunan harga saham kurang di bulan Oktober 1929 di Amerika Serikat (AS) (Leftwich, 2004). Hal ini didukung oleh Mitton (2002) yang menemukan bahwa perusahaan di lima negara Asia, Indonesia, Malaysia, Korea, Filipina, dan Thailand, yang berkualitas baik keterbukaan, memiliki harga yang lebih baik kinerja saham selama krisis the1997-1998. Hal ini diyakini bahwa baru-baru ini skandal besar seperti kasus Enron yang melibatkan multi-miliar kerugian yang disebabkan oleh kurangnya transparansi. 

Penghasilan Smoothing 
Namun, kita tidak bisa membesar-besarkan pentingnya pengungkapan.pengungkapan Kendali adalah suatu keharusan untuk menyeimbangkan kepentingan perusahaan dan para pemangku kepentingan. Pengguna pelaporan keuangan juga harus peduli tentang perilaku oportunistik manajemen yang tidak dapat dihilangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengungkapan penuh. 
Penelitian menunjukkan bahwa semakin baik kualitas keterbukaan, semakin besar kemungkinan bahwa perusahaan-perusahaan halus pendapatan mereka (Shaw, 2003). Masalah ini kemudian bermasalah.Sementara kedua investor dan akuntan percaya bahwa kualitas baik keterbukaan akan meningkatkan komunikasi antara investor dan perusahaan, di sisi lain, ada hubungan positif antara kualitas pengungkapan dan perataan laba. 
Beidlemen (1973) mendefinisikan perataan laba sebagai upaya manajemen untuk mengurangi variasi dalam laba sejauh diperbolehkan menurut prinsip akuntansi suara (Batara Guru & Carlson, Maret 1997).Karmon dan Lubwama (1997) menyatakan bahwa dengan mengurangi variasi dalam laba, manajer percaya bahwa harga saham akan meningkat (Karmon & Lubwama, 1997). Bauwhede, Willekens, dan Gaeremynck (2003) menyatakan bahwa kestabilan laba akan mempengaruhi persepsi para pemegang saham tentang pendapatan ekonomi dan penilaian mereka tentang probabilitas kebangkrutan (Bauwhede, Willekens, & Gaeremynck, 2003). Hal ini diyakini bahwa investor memiliki sikap positif terhadap kinerja manajer 'jika mereka dapat mempertahankan stabilitas pendapatan. Investor juga akan lebih mudah untuk memperkirakan pendapatan masa depan jika stabilitas laba dapat dipertahankan. Oleh karena itu, investor cenderung membeli saham pada perusahaan yang menunjukkan stabilitas yang baik dari penghasilan. Selain itu, Godfrey dan Jones (1999) menyatakan bahwa perataan laba dapat digunakan untuk meminimalkan kemungkinan perhatian politik yang merugikan kepada perusahaan, terutama bagi perusahaan publik yang diselenggarakan besar dan perusahaan milik negara (Godfrey & Jones, 1999). 
Perataan laba terjadi karena manajemen memiliki keleluasaan untuk memilih prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan laba rugi. Ronen dan Sadan (1981, dikutip dalam Ashari, Hian, Soh, & Wei, 1994) menyatakan bahwa perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara: 1) manajer dapat memilih saat terjadinya peristiwa tertentu, 2) manajer dapat mengalokasikan pendapatan dan beban selama periode akuntansi yang berbeda, 3) manajer memiliki opsi untuk mengelompokkan item laba tertentu ke dalam kategori yang berbeda. Namun, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan sebagai "manipulatif" perilaku menyesatkan karena memberikan informasi kepada investor (Ashari et al., 1994). 
Isu yang paling menarik adalah bahwa kualitas pengungkapan tidak menghilangkan perilaku oportunistik seperti perataan laba. Ada bukti bahwa kualitas pengungkapan memiliki hubungan positif dengan perilaku perataan laba (misalnya Ahmed & Courtis, 1991; Shaw, 2003). Ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki kualitas yang baik dari pengungkapan lebih agresif dalam perataan pendapatan mereka.Oleh karena itu, sangat berisiko bagi para investor untuk hanya tergantung pada prinsip-prinsip keterbukaan. Shaw (2.003) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas tinggi lebih mengadopsi pengungkapan pendapatan-penurunan akrual selama tahun kabar baik dan mengadopsi relatif lebih meningkatkan pendapatan akrual selama tahun berita tidur. 
Untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan dan perataan laba, data sekunder yang digunakan dalam makalah ini. Namun karena keterbatasan data, makalah ini tidak dapat menguji hubungan langsung antara keterbukaan dan perataan laba. Namun, sebuah variabel konsentrasi kepemilikan digunakan untuk menghubungkan pengungkapan perataan laba. Hal ini dihipotesiskan bahwa semakin beragam kepemilikan saham atau kurang konsentrasi saham di tangan pemegang saham tunggal, semakin besar kemungkinan bahwa perusahaan-perusahaan halus pendapatan mereka (lihat Godfrey dan Jones, 1999; Carlson dan Batara Guru, 1997). Hal ini karena lebih beragam kepemilikan saham, semakin ketat pengawasan pemegang saham. Oleh karena itu, manajer didorong untuk menunjukkan kinerja yang stabil. Di sisi lain, juga dihipotesiskan bahwa semakin beragam kepemilikan saham, perusahaan semakin besar kemungkinan akan memiliki kualitas yang baik dari pengungkapan (lihat Archambault dan Archambault, 2003). Perusahaan yang memiliki kurang konsentrasi kepemilikan relatif lebih ditekan untuk mengungkapkan informasi mereka, karena perusahaan tersebut akan menarik lebih banyak niat politik. 
Untuk menguji kedua hubungan antara pengungkapan dan perataan laba, ada tiga variabel yang digunakan dalam makalah ini, yaitu konsentrasi kepemilikan, indeks keterbukaan, dan status perataan laba.Pengungkapan data indeks yang diadopsi dari Suripto (1998), perataan laba data status yang diadopsi dari Jin (1997), dan konsentrasi kepemilikan data yang tersedia di Direktori Pasar Modal Indonesia.Semua data dan tes yang digunakan adalah diadopsi dari penelitian saya sebelumnya (lihat Ghofar, 2003). 
Pertama, dengan menggunakan regresi sederhana, diketahui bahwa koefisien regresi adalah -0,613 konsentrasi kepemilikan yang secara statistik signifikan. Ini berarti bahwa ada korelasi negatif antara tingkat pengungkapan dan konsentrasi kepemilikan. Dengan kata lain, kurang konsentrasi kepemilikan di satu tangan pemegang saham, semakin baik kualitas keterbukaan. (Data dan hasil statistik disajikan dalam lampiran.) 
Kedua, menggunakan Mean Whitney tes, diketahui bahwa mean konsentrasi kepemilikan perusahaan-mulus tidak berbeda secara signifikan dari perusahaan yang halus, yang adalah nilai signifikan dari uji rata 0,002. Ini berarti bahwa ada hubungan antara perataan laba dan konsentrasi kepemilikan. (Data statistik dan hasil disajikan dalam lampiran) 
Dari kedua tes tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak perusahaan mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan, semakin besar kemungkinan perusahaan akan halus pendapatan mereka. Temuan ini mendukung temuan Shawn (2003). Temuan ini dapat digunakan sebagai peringatan bagi pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan data laporan keuangan (Ashari et al, 1994.).Pengguna laporan keuangan harus mampu mendeteksi perilaku perataan laba dan tidak hanya tergantung pada prinsip-prinsip keterbukaan. Selain itu, temuan ini juga penting bagi tubuh pengaturan standar untuk merumuskan aturan-aturan yang adil dan melindungi pihak eksternal dari perilaku oportunistik manajer, karena pengungkapan saja tidak cukup. 

Masalah Pengukuran
Perilaku oportunistik para manajer dapat dikurangi jika praktek akuntansi sistem pengukuran konsisten dan dapat dibandingkan.Pengukuran, yang didefinisikan sebagai proses "menetapkan nomor untuk mewakili kualitas '(RJ Chambers, 1965) adalah konsep yang paling penting dalam akuntansi. Chamber (1965) menyatakan bahwa pengukuran menjadi jelas penting untuk membandingkan atau memperoleh agregat atau perbedaan antara dua atau lebih hal. Sejak akuntansi berperan dalam pengambilan keputusan ekonomi, masalah pengukuran menjadi jantung "" akuntansi. Kita harus perhatikan bahwa keputusan ekonomi adalah masalah pilihan dari dua atau lebih alternatif.Oleh karena itu, kualitas laporan perusahaan tergantung pada sistem pengukuran. 
Isu utama adalah untuk membangun sistem pengukuran yang akurat dan relevan. Namun, untuk mengatasi masalah tersebut bukan pekerjaan mudah bagi akuntan. Pengukuran akuntansi harus membahas masalah pengukuran dasar penilaian beberapa di dalam perusahaan dan dampak dari isu-isu pada pengukuran laba bersih. Oleh karena itu, komparatif dan konsistensi informasi akuntansi dapat dihubungi. Karena peran akuntansi adalah untuk menyediakan pengguna informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, komparatif dan konsistensi menjadi lebih penting. Masalah perubahan harga yang masih kontroversial juga harus ditangani oleh akuntansi. 
Tanpa mengatasi isu-isu, kualitas laporan akuntansi akan tetap rendah, sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan informasi tersebut akan lebih mungkin salah. Makalah ini juga berpendapat bahwa saat ini setara kas seperti yang diusulkan oleh Chambers (1980) dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperbaiki kelemahan dari pengukuran akuntansi yang berlaku. 
Penggunaan dasar pengukuran beberapa di set salah satu laporan perusahaan
praktek akuntansi saat ini menggunakan pengukuran campuran dalam berurusan dengan penilaian piutang. Mereka menggunakan biaya yang lebih rendah atau pasar untuk persediaan, penilaian kembali serta penyusutan aktiva tetap dan sebagainya (Alfredson, et al, 2005).Chambers berpendapat bahwa pengukuran campuran ini menyebabkan kesalahan pengukuran campuran. Dolar jumlah aktiva berdasarkan harga perolehan yang disusutkan ditambahkan ke jumlah berdasarkan nilai pasar yang un-disusutkan (Chambers, 1980). 
Selain itu, ini pengukuran campuran mengalihkan perhatian konsistensi dan komparatif informasi akuntansi. Perusahaan memiliki banyak pertimbangan untuk merancang akun mereka sendiri. Oleh karena itu, ada jutaan cara untuk menghitung pendapatan dan merupakan aset (Chambers, 1980). Perusahaan dengan karakteristik yang sama bisa menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda yang menghasilkan informasi akuntansi tak tertandingi. 
informasi akuntansi gembala akan memimpin menyesatkan keputusan ekonomi, karena pengguna akan tidak mampu membedakan "baik" dan "buruk" perusahaan karena informasi yang menyesatkan. Akuntansi akan sia-sia, karena menghasilkan informasi yang tidak mencerminkan fakta. 
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana akuntan menangani isu-isu tersebut di atas. Apakah pengukuran yang ideal untuk mewakili account yang ada pada informasi keuangan? Sayangnya, sistem pengukuran yang sempurna tidak tersedia dalam dunia ketidakpastian. Semuanya tergantung pada sifat dari perusahaan dan tujuan dari pengguna dalam membuat keputusan. 
Secara praktis, berdasarkan Staubus (2004), ada dua pandangan dasar pengukuran yang digunakan dalam menetapkan laporan perusahaan.Yang pertama diusulkan oleh Chambers dan Sydney yang menerima satu metode pengukuran dalam satu set laporan perusahaan, yang dikenal sebagai realisasi harga saat ini bersih dan satu sama lain adalah keputusan-kegunaan pandangan bahwa menerima beberapa metode pengukuran dalam laporan keuangan yang sama (Staubus, 2004). 
Staubus (2004) berpendapat bahwa ada beberapa poin penting kesepakatan antara pengukuran tunggal dan pengukuran ganda, yaitu: keduanya sepakat dalam kebutuhan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan, nilai pengukuran up-to-date, persyaratan aditivitas , dan pentingnya kriteria keandalan. Namun, salah satu metode pengukuran dan metode pengukuran beberapa titik mereka berbeda dalam memulai, para pembuat keputusan ditujukan, keputusan untuk memperoleh informasi, dan populasi yang konsep kekayaan yang diterima. 
Dalam Chambers (1966), metode pengukuran yang memberikan informasi dari semua aktiva dan kewajiban pada harga saat ini realisasi bersih, yang dianggap sebagai setara kas awal saat harga barang dan jasa dikorbankan dalam produksi ditransformasikan ke harga kontemporer dan agregat. Di sisi lain, Staubus (2004) menyatakan bahwa pengukuran sempurna aset tidak mungkin karena setiap aset dari setiap perusahaan adalah unik, sehingga satu-satunya ukuran yang sempurna itu adalah harga hari ini untuk itu aset yang unik, seperti harga hanya dapat diamati pada hari itu dibeli atau dijual. Namun, akuntan memiliki tantangan yang jauh lebih besar dalam melaporkan item aktiva bersih sebesar nilai pasar saat ini mereka jika pasar sendiri tidak menyediakan informasi yang memadai. Oleh karena itu, penggunaan pengukuran pengganti, yang berkaitan dengan realitas ekonomi pasar, sedang dipertimbangkan untuk perkiraan harga tidak teramati. 
Dalam hal pengambilan keputusan, khususnya bagi investor, beberapa pengukuran direkomendasikan oleh Staubus karena kekhawatiran investor tentang kapasitas masa depan perusahaan yang fokus pada potensi kas positif dan negatif aliran aset perusahaan dan kewajiban (posisi likuiditas perusahaan). Dengan tidak adanya kutipan pasar diamati bagi mereka potensi arus kas, harga pasar pengganti harus dipilih berdasarkan keandalan dan relevansinya dengan arus kas investor berorientasi keputusan (Staubus, 2004). Ini didasarkan pada titik pandang keuangan, yang menyatakan bahwa nilai aset apapun adalah fungsi dari arus kas yang diharapkan dari aset (Haugen, 1997).Namun, para pengguna laporan keuangan tidak hanya hanya investor.Ada beberapa unsur lain yang paling penting dalam lingkungan pelaporan keuangan, yaitu: perantara informasi, regulator, manajemen, dan auditor (Beaver, 1998), yang dalam pengambilan keputusan, tidak hanya berfokus pada arus kas. Selain itu, menyediakan pengukuran berdasarkan arus kas keputusan tindakan yang lebih berorientasi masa depan ketimbang pengukuran posisi keuangan sekarang (Chambers & Dean, 1986). 
Masalah-masalah yang mengabaikan beberapa keuntungan dan kerugian, konsep akrual dan pencocokan 
Menurut Australia Dewan Standar Akuntansi (AASB) 101,80, Penyajian Laporan Keuangan, AASB berurusan dengan beberapa item yang mungkin bisa memenuhi definisi kerangka pendapatan atau beban tapi biasanya dikeluarkan dari laba atau rugi, seperti cadangan penilaian kembali (AASB 116,39 & 40), tertentu keuntungan dan kerugian yang timbul pada menerjemahkan laporan keuangan operasi asing (AASB 121), dan keuntungan dan kerugian yang mengukur kembali tersedia untuk dijual aset keuangan (AASB 139). Selain itu, praktek tradisional saat ini seperti akuntansi biaya historis mengabaikan kerugian yang lebih banyak dan keuntungan seperti keuntungan / kerugian dari harga perubahan. Keuntungan atau kerugian diakui pada saat aktiva tersebut dijual. 
Mereka item tidak termasuk karena mereka dianggap sebagai penyebab volatilitas dari keuntungan perusahaan, karena perubahan harga pasar setiap saat. Argumen ini mengabaikan kenyataan bahwa perubahan dunia dan ketidakpastian ada. Ketidakpastian dan volatilitas pasar tidak bisa disangkal. 
argumen itu juga mengabaikan fakta bahwa manajemen memiliki tiga keputusan ekonomi, yaitu membeli, menjual, dan terus. Kami hanya mengukur kinerja manajemen mengenai keputusan membeli dan menjual. Keputusan untuk memiliki aktiva yang juga penting namun diabaikan. Keputusan untuk terus juga mencerminkan waktu penjualan dan pembelian. Keputusan untuk memiliki aktiva yang dapat menguntungkan perusahaan serta keputusan penjualan dan pembelian.Sehingga, setiap perubahan nilai aktiva yang terus harus dimasukkan dalam pengukuran laba. 
Laba dapat didefinisikan sebagai peningkatan aktiva bersih tidak termasuk jumlah kontribusi tambahan ke dan dari pemegang saham.Konsep ini dikenal sebagai konsep pemeliharaan modal (Chambers, 1980). praktek akuntansi saat ini mengukur laba dengan mengurangi pendapatan dari beban dalam periode yang sama (konsep pencocokan). Pendapatan dan beban diakui pada saat mereka menyadari (akrual). Namun, karena mereka mengabaikan perubahan harga dan menggunakan prinsip pencocokan sewenang-wenang, mungkin keuntungan understated dan dibesar-besarkan. Manajemen dapat menggunakan akrual untuk memanipulasi laba dengan mengubah metode akuntansi dan kebijakan atau waktu pengakuan pendapatan atau beban (Ashari, et al, 1994). Namun, berpendapat bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip-prinsip kunci dari pelaporan perusahaan.
Hal ini juga berpendapat bahwa prinsip-prinsip yang sangat penting bagi pengguna, karena prinsip-prinsip tersebut akan memungkinkan pengguna untuk mengukur kinerja manajemen. Konsep-konsep akrual dan cocok dianggap sebagai cara terbaik untuk nilai dan laporan keuntungan. 
Akrual konsep dan aturan yang cocok sesuai ketika semua peristiwa keuangan dapat diidentifikasi pada periode di mana mereka terjadi (Chambers, 1980). Akuntansi tradisional yang didasarkan pada akuntansi biaya historis mengabaikan perubahan harga aset. Mereka hanya diakui pada saat aktiva tersebut dijual, karena itu mereka mengabaikan untuk periode panjang. Dampak keuangan perubahan nilai aktiva dihitung menggunakan output fisik, maka penyusutan dihitung (Chambers, 1980). Dalam hal ini, akuntansi tradisional hanya mengakui penurunan nilai aktiva karena konsumsi manfaat ekonomi masa depan. Namun, karena pengukuran penyusutan dan tekad untuk biaya terhadap pendapatan adalah kebijakan manajemen, perhitungan tidak sesuai dengan fakta (Chambers, 1980). 
Manajemen akan memilih waktu pengakuan dan metode akuntansi yang sesuai dengan kepentingan manajemen. Berdasarkan teori keagenan, manajemen akan bersikap pada bunganya. Manajemen akan berusaha merampok para pemegang saham. Manajemen mungkin melebih-lebihkan dan mengecilkan celah produktif akuntansi akrual. 
Untuk memperbaiki kekeliruan tersebut, kita perlu konsisten pengukuran sehingga manajemen tidak dapat menggunakan akuntansi akrual merampok para pemegang saham. Pengukuran tunggal seperti unit setara kas yang diusulkan oleh Chambers dapat digunakan sebagai alternatif. Seperti disebutkan di atas, pengukuran ini menggunakan seragam umum dan dasar penilaian aset yang setara kas. Semua aktiva tersebut dalam unit kas. Dibebankan dari pendapatan yang didasarkan pada perubahan aktiva setara kas (Chambers, 1980), sehingga manajemen tidak bisa "memanipulasi" akuntansi akrual. 

Masalah Inflasi / deflasi 
Akuntan telah sepakat bahwa unit moneter yang digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan valuasi account. Nilai uang dapat didefinisikan sebagai nilai tukar mata uang terhadap barang dan jasa.Karena kesetimbangan uang dan barang dan jasa sulit untuk dicapai, nilai uang akan berubah dari waktu ke waktu. Inflasi adalah kondisi ketika tingkat harga akan naik dan lebih besar dari uang yang diperlukan untuk mempertahankan volume transaksi tertentu (Chambers, 1980). Ini berarti bahwa daya beli uang menurun. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. 
Akuntansi biaya historis yang digunakan sebagai dasar pengukuran praktek-praktek tradisional mengabaikan perubahan nilai uang.akuntansi biaya historis memiliki 3 ide yang digambarkan sebagai prinsip periode, prinsip akrual, dan prinsip yang sesuai (Beaver, 1998; Chambers, 1980; Peirson, 1966). Sejarah akuntansi biaya menggunakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset dan layanan untuk account nilai pada pelaporan keuangan. Pendapatan dibebankan ke biaya tersebut pendapatan dalam periode yang sama. Chambers (1980) menyatakan bahwa jika barang atau jasa tidak dianggap sebagai biaya periode pendapatan, biaya mereka akan dibawa maju ke periode berikutnya dan dilaporkan sebagai aset. 
Perubahan harga akan mendorong pelanggan dan produsen untuk mengatur ulang pembelian atau penjualan. Pelanggan juga akan berhenti untuk membeli barang yang relatif lebih mahal atau mengurangi pengeluaran pada barang-barang dan kenaikan pengganti lebih murah (Chamber, 1980). Perusahaan juga akan mencoba untuk menaikkan harga jual, maka pendapatan mereka akan cenderung naik tetapi bagian pokok penjualan yang dibebankan pada pendapatan pada tanggal yang lebih awal akan tertinggal di belakang kenaikan harga jual (Chambers, 1980). Dengan demikian, keuntungan akan lebih besar. Selain itu, aset di neraca dinilai berdasarkan biaya pembelian mereka tidak akan sesuai dengan tingkat harga pada waktu itu (Chamber, 1980). Ini berarti bahwa dana atau modal yang digunakan akan understated. Jika keuntungan yang berlebihan dan modal adalah understated, tingkat pengembalian akan dilebih-lebihkan (Chamber, 1980). Chamber (1980) berpendapat bahwa jika tingkat keuntungan berlebih, hal itu akan mendorong para investor untuk menyediakan lebih banyak uang untuk perusahaan, oleh karena itu akan memperkuat pertumbuhan. Dia juga berpendapat bahwa biaya historis akan menguntungkan perusahaan lebih tua. Dalam kasus resesi atau deflasi, laba di bawah akuntansi biaya historis akan understated. 
Namun, meskipun akan memperkuat pertumbuhan, kita berargumen bahwa biaya historis menyesatkan pendapatan perusahaan. Informasi akuntansi tidak akan dapat diandalkan dalam kasus perubahan harga.Akuntansi biaya historis tidak objektif dalam kasus inflasi / deflasi.Gagal untuk menggambarkan nilai riil aktiva di neraca. Pasokan investor uang bukan karena kinerja perusahaan, tapi hanya karena kinerja nyata yang dibuat oleh perubahan harga. Para manajer akan lebih agresif karena mereka merasa bahwa mereka membuat kinerja yang baik dan faktanya adalah bahwa mereka tidak. Runtuh korporasi seperti Enron, HIH, OneTel adalah bukti bahwa akuntansi biaya historis gagal memberikan informasi yang dapat diandalkan dan relevan kepada investor. 
Dampak Perubahan Nilai Aktiva tentang Akuntansi
Akuntansi tradisional yang didasarkan pada biaya historis tidak hanya mengabaikan fakta bahwa tingkat harga umum (inflasi / deflasi) berubah setiap saat, tetapi juga perubahan harga spesifik aset. Nilai aset akan berubah karena perubahan daya beli. Namun, perubahan harga spesifik aset juga akan mengubah nilai aset. Harga tertentu mungkin atau tidak bergerak ke arah yang sama dengan tingkat harga umum (Godfrey, Hodgson, dan Holmes, 2003). Peirson (1966) menyatakan bahwa idealnya akuntansi harus menyesuaikan perubahan harga spesifik aset seperti persediaan dan aktiva tetap, perubahan dalam tingkat umum harga, dan perubahan baik harga khusus dan harga umum. 
Kami menerima atau tidak nilai aset seperti persediaan dan aktiva tetap akan bervariasi menyeluruh waktu tanpa inflasi / deflasi. Harga komputer telah menunjukkan relatif konstan meskipun inflasi tumbuh.Penurunan harga komputer lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi. Aset antik selalu menampilkan harga naik sebagai aset tersebut semakin tua. 
Untuk batas tertentu praktik saat pengukuran akuntansi telah mengakui perubahan harga tertentu seperti penilaian persediaan. AASB 1019 digantikan oleh AASB 102 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya yang lebih rendah atau nilai realisasi bersih.Pengakuan ini mengakomodasi perubahan harga persediaan. 
Namun, praktik ini tampaknya hanya ad hoc dan benar-benar menciptakan masalah lain. Chambers (1980) berpendapat bahwa penilaian tersebut berarti dan un-diinterpretasi. Jika konsep biaya adalah aturan yang berlaku, tidak ada alasan untuk beralih ke nilai wajar dan sebaliknya. Konsep biaya lebih rendah atau pasar sebenarnya didasarkan pada konservatisme daripada objektivitas. Para pengguna tidak akan tahu yang digunakan dalam pengukuran aktiva tertentu dan sejauh mana dampak konservatisme pada persediaan. 
Konsep depresiasi juga membingungkan. Alokasi biaya selama umur yang diharapkan dari aktiva tidak mencerminkan nilai aset. Aktiva mungkin dijual pada harga lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku.Jumlah penyusutan dihitung sewenang-wenang. Metode Penyusutan seperti garis lurus dan metode saldo menurun ganda tidak bisa dikatakan mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan, karena metode tersebut sering diterapkan untuk aset yang sama.Pengukuran konsumsi manfaat ekonomi jarang dilakukan oleh akuntan.Sekali lagi akuntansi gagal menjadi objektif karena pengukuran yang tidak dapat mewakili realitas. Istilah objektivitas di sini didefinisikan sebagai tingkat pengukuran akuntansi mencerminkan realitas (Wojdak, 1970). 

Kesimpulan 
Pengungkapan prinsip, sebagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik, adalah penting untuk melindungi investor atau pengguna laporan keuangan. Penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas yang baik keterbukaan menderita kerugian kurang di pasar keuangan selama ambruknya pasar keuangan AS pada tahun 1929 dan krisis Asia 1997-1998 (Leftwich, 2004; Mitton, 2002).    
Namun, pengungkapan tidak bisa menghilangkan perilaku oportunistik manajer, yaitu perataan laba. Ada bukti bahwa kualitas pengungkapan berkaitan dengan perataan laba (Shaw, 2003). Menggunakan data sekunder dari perusahaan Indonesia, terlihat bahwa perataan laba ada dan menghubungkannya dengan tingkat pengungkapan. 
Investor dan badan-badan pengaturan standar tidak dapat bergantung hanya pada implementasi keterbukaan. Investor harus dapat mendeteksi perilaku perataan laba. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan pada apa yang manajer mengungkapkan, mereka harus menyelidiki bagaimana manajer mempersiapkan pelaporan keuangan.Standar pengaturan tubuh juga harus mempertimbangkan temuan ini dalam rangka merumuskan standar akuntansi. 
Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, sistem pengukuran akuntansi tradisional harus ditingkatkan. Pengukuran tunggal seperti unit setara kas yang diusulkan oleh Chambers dapat digunakan sebagai alternatif. Seperti disebutkan di atas, pengukuran ini menggunakan seragam umum dan dasar penilaian aset yang setara kas. Semua aktiva tersebut dalam unit kas. Dibebankan dari pendapatan yang didasarkan pada perubahan aktiva setara kas (Chambers, 1980), sehingga manajemen tidak bisa "memanipulasi" akuntansi akrual. Pelaporan Keuangan Internasional Standard (IFRS) telah selangkah lebih maju untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan melalui penggunaan penilaian nilai wajar. 



DAFTAR PUSTAKA

Soemarso, S.R. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.
http://www.google.com diakses tanggal 16 Juni 2010. Pengertian, Jenis dan Manfaat Disclosure/ Pengungkapan Laporan Keuangan