PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE)
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam
kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi
investor, karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian
dalam pengambilan keputusan ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan
perekonomian, politik dan prospek industri.
Adapun
kualitas dalam pengambilan keputusan itu dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan (Annual Report) agar
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak
menimbulkan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai
dengan pengungkapan yang cukup (Adequate disclosure).
Catatan atas laporan
keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar
akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau
laporan arus kas. Sehingga keberadaan dari disclosure atau pengungkapan dalam
perusahaan sangat penting karena pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai
informasi yang relevan dan realiable tercermin di dalamnya.
Sedangkan dalam
mekanisme pasar modal, pengungkapan badan usaha merupakan suatu cara untuk
menyalurkan pertanggung jawaban perusahaan kepada para investor untuk
memudahkan alokasi sumber daya yang menunjukkan laporan tahunan (Annual
Report)berupa media yang sangat penting untuk menyampaikan Corporate
Disclosure(pengungkapan pada laporan tahunan).
BAB II
PEMBAHASAN
Pengungkapan
laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu
penyampaian informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan
keuangan biasanya laporan tahunan.
Laporan tahunan (Annual
Report) media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada
pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi
keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor, dan
stakeholders llainnya. Laporan tahunan merupakan mencakup hal-hal seperti
pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki dan laporan pelengkap.
Sehingga
dalam laporan tahunan lah diketahui seberapa kuat informasi pengungkapan yang
diajukan oleh perusahaan.
Pengungkapan (disclosure)
didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara optimal pasar modal yang efisien. Hendikson, Breda, (1992) dalamWidiastuti, (2002). Evan,
membatasi pengertian pengungkapan hanya padahal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan.Pernyataan
manajemen dalam surat kabar atau media masa lain sertainformasi di luar lingkup
pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan.
Sementara itu, Wolk, Tearney, dan
Dodd memasukkan pula statement keuangan segmental dan statement yang merefleksi
perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan (Suwardjono, 2005).Dalam interpretasi
yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan maupun informasi tambahan (supplementary communications) yang
terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah tanggal pelaporan,
analisis manajemen tentang operasi perusahaan di masa yang mendatang, prakiraan
keuangan dan operasi, serta informasi lainnyaWolkdanTearney, (1997)
dalamWidiastuti, (2002). Pengungkapan menyangkut:
1. Untuk siapa informasi
diungkapkan
Rerangka konseptual
telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan
keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan menuntut
lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi
kualitatif dan non kualitatif.
2. Tujuan Pengungkapan
Tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi
yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Hal yang berkaitan dengan
masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkap disebut dengan tingkat pengungkapan
(level disclosure). Evan, dalam Suwardjono, (2005) mengidentifikasi tiga
konsep pengungkapan adalah pengungkapan yang memadai (adequacy), wajar (fair)
dan lengkap (full).
3. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Pengungkapan yang memadai menyiratkan jumlah
pengungkapan minimum yang harus dipenuhi sesuai dengan tujuan pembuatan laporan
keuangan yang tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang diarah. Pengungkapan
yang wajar menyiratkan suatu tujuan etika yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada
semua calon pembaca. Pengungkapan lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi
yang relevan.
4. Cara dan waktu mengungkapkan informasi
Penyampaian informasi selain disampaikan
melalui laporan keuangan dapat juga disampaikan melalui media lain dalam bentuk
financial maupun non finansial. Informasi yang bersifat financial dapat mengambil
bentuk laporan tahunan, prospektus, laporan analisis dan sejenisnya. Sedangkan
yang bersifat non financial antaralain jumpa pers tentang produk baru, rencana perluasan,
rencana peningkatan kesejahteraan karyawan dan sebagainya (FASB, SFAC No.5, par
7 dalam Sutomo, (2004)). Mengingat pentingnya pelaporan keuangan tersebut dan
agar pelaporan keuangan dapat diinterpretasikan secara tepat, mudah dipahami,
dan tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan maka pelaporan keuangan tersebut
harus disusun sesuai standar yang berlaku. Alasan yang mendasari perlunya praktik
pengungkapan pelaporan keuangan oleh manajemen kepada pemilik adalah hubungan antara
principal dengan agent.
2.2.
Jenis-Jenis Discloure / Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan
laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan
akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham yang
beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat berdasarkan
historical cost.
Adapun jenis
pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada
stakeholders berupa :
1. Pengungkapan Wajib
(Mandatory Disclosure)
Pengungkapan
ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1996
tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang dimaksud dengan
pengungkapan wajib adalah meliputi semua pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan.
2. Pengungkapan
Sukarela
Pengungkapan
sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan
melebihi yang diwajibkan.
Perusahaan
akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka
merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif.
Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila
mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing
atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak.
Dengan
adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk berkomunikasi secara efektif
dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak adanya standar akuntansi di
pelaporan yang diterima secara internasional.
2.3. Tujuan dan
Manfaat dari disclosure / pengungkapan laporan keuangan
1. Tujuan
Perusahaan
besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum
maupun pemerintah, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih
diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan
pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan
pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan besar tersebut dituntut untuk
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil.
Informasi
itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak
eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat
melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Perusahaan
besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan
informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk
memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan
perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal,
mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan
kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang
memadai.
Adapun yang menjadi
tujuan dari pengungkapan dinyatakan sebagai berikut :
1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan
pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan
dalam laporan keuangan.
2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk
memberikan pengukuran yang bermanfaat.
3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor
dan kreditor menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak
diakui.
4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan
para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun
dan diantara beberapa tahun.
5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas atau
keluar dari masa depan.
6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari
investasi mereka.
2. Manfaat
Tujuan
dari pengungkapan oleh perusahaan bermanfaat untuk beberapa kepentingan yaitu
oleh perusahaan pencari laba (profit making interpreise) berdasarkan pada tiga
kategori kepentingan yaitu kepentingan perusahaan, kepentingan investor, dan
kepentingan nasional.
Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Manfaat bagi kepentingan perusahaan adalah dapat
diperoleh biaya modal yang lebih rendah yang berkaitan dengan berkurangnya
resiko informasi bagi investor dan kreditur. Dengan demikian investor dan
kreditor bersedia membeli sekuritas dengan harga tinggi, akibat dari harga
sekuritas yang tinggi tersebut biaya modal perusahaan menjadi rendah.
2. Bagi investor pengungkapan bermanfaat untuk mengurangi
resiko informasi berupa pengurangan kesalahan pembuatan keputusan investasi.
Sehingga investor menjadi lebih percaya kepada perusahaan yang memberikan
pengungkapan secara lengkap, akibatnya sekuritas perusahaan menjadi lebih
menarik bagi banyak investor dan harganya akan naik.
3. Bagi kepentingan Nasional, yaitu berupa adanya biaya
modal perusahaan yang rendah dan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi
investor. Dengan diperolehnya biaya modal yang lebih rendah oleh perusahaan,
pertumbuhan ekonomi dapat meningkat, kesempatan kerja meluas, dan pada akhirnya
standar kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan berkurangnya
resiko informasi yang dihadapi investor, pasar modal menjadi likuid. Likuiditas
pasar modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena dapat membantu
alokasi modal secara efektif.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A.Kesimpulan
Pengungkapan laporan
keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi. Sedangkan
menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian
informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya
laporan tahunan
Informasi itu
sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak
eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat
melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam
hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan
secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku
atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan..
Perusahaan akan
melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka
merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif.
Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila
mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing
atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak.
B. Saran-Saran
Dengan mempelajari
pembahasan tentang disclosure/pengungkapan laporan keuangan maka dengan ini
penulis mengharapkan kepada semua pihak agar lebih tepat dalam mengungkapkan
informasi sehubungan dengan laporan tahunan (Annual Report) sehingga
pada stakeholders dapat mempercayai sistem manajemen perusahaan sehingga akan
berimbas kepada masa depan perusahaan itu sendiri.
Adapun saran dan
kritik sangat penulis harapkan dari para pembaca makalah ini demi kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
ISU DAN KASUS DISCLOSURE
MASALAH DALAM PELAPORAN KEUANGAN:
ANALISIS KUALITAS PENGUNGKAPAN DAN SISTEM PENGUKURAN DARI AKUNTANSI TRADISIONAL
ANALISIS KUALITAS PENGUNGKAPAN DAN SISTEM PENGUKURAN DARI AKUNTANSI TRADISIONAL
Pengenalan
Banyak skandal bisnis, serta
globalisasi, telah mengakibatkan permintaan untuk pengungkapan penuh informasi
non-keuangan dan keuangan (Archambault & Archambault, 2003). Laporan Keuangan,
sebagai salah satu perangkat komunikasi antara perusahaan dan investor,
memainkan peran utama dalam menerapkan prinsip-prinsip pengungkapan penuh.
Investor dalam banyak kasus terlalu
tergantung pada kualitas pengungkapan laporan keuangan. Memang benar
bahwa secara teoritis, perusahaan lebih terbuka semakin baik kualitas
pengungkapan dan menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih baik. Selain itu, banyak makalah penelitian juga mendukung
teori tersebut (Mitton, 2002; Shaw, 2003). Meskipun demikian, kualitas pengungkapan saja tidak dapat menghilangkan
kemungkinan perilaku oportunistik manajer dalam penyusunan laporan keuangan,
yaitu perilaku perataan laba.Makalah ini berpendapat bahwa pengungkapan
tidak cukup untuk melindungi investor keuangan global dari perilaku
oportunistik manajer.Oleh karena itu, kualitas laporan keuangan yang dihasilkan
oleh akuntan yang diduga tidak mempercayai. Masalah
utama dari laporan keuangan pada sistem pengukuran yang karena memberikan
banyak kebijaksanaan manajemen dan tidak memperhitungkan perubahan harga.
Pertama, tulisan ini membahas tata
kelola perusahaan yang baik dan prinsip-prinsip pengungkapan laporan keuangan
dan kepentingan mereka. Kedua, membahas
definisi dan motif perilaku perataan laba, dan juga, para manajer cara halus
pendapatan mereka. Lalu, ia mengungkapkan
dan uji statistik hubungan antara kualitas pengungkapan dan perataan laba. Akhirnya, ia akan membahas implikasi temuan serta
masalah pengukuran pada pelaporan keuangan.
Tata Kelola Perusahaan dan
Pengungkapan
Sejak tahun 90-an pemain bisnis internasional telah difokuskan pada pentingnya praktek tata kelola perusahaan yang baik. Mereka percaya bahwa salah satu penyebab krisis Asia pada tahun 1997-1998 adalah kurangnya tata kelola perusahaan yang baik. Mereka berpendapat bahwa tanpa tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan atau negara-negara yang rentan terhadap krisis keuangan (Mitton, 2002).Selain itu, kasus Enron telah mendorong pelaku usaha untuk merumuskan peraturan yang memperkuat penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Cornford, 2004).
Sejak tahun 90-an pemain bisnis internasional telah difokuskan pada pentingnya praktek tata kelola perusahaan yang baik. Mereka percaya bahwa salah satu penyebab krisis Asia pada tahun 1997-1998 adalah kurangnya tata kelola perusahaan yang baik. Mereka berpendapat bahwa tanpa tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan atau negara-negara yang rentan terhadap krisis keuangan (Mitton, 2002).Selain itu, kasus Enron telah mendorong pelaku usaha untuk merumuskan peraturan yang memperkuat penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Cornford, 2004).
Cornford (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak
ada model tunggal tata kelola perusahaan yang baik, namun berkaitan dengan
hubungan antara perusahaan dan para pemangku kepentingan seperti kreditur dan
pemegang saham. Mitton (2002) menyatakan
bahwa tata kelola perusahaan adalah cara yang pemegang saham minoritas
dilindungi dari perilaku oportunistik manajer atau pemegang saham mayoritas. Berdasarkan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD) prinsip, salah satu prinsip tata kelola perusahaan adalah
tepat waktu dan akurat keterbukaan dan transparansi dari semua informasi
mengenai perusahaan.
Keterbukaan dan prinsip-prinsip transparansi menuntut
perusahaan laporan keuangan mereka fakta yang dapat mempengaruhi keputusan
pembaca (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2004). Akuntansi Keuangan Standar Board (FASB) menyatakan bahwa
"pengungkapan mengacu pada proses penyediaan informasi tentang item dalam
laporan keuangan, melalui catatan kaki, jadwal tambahan, atau cara lain"
(Shaw, 2003). Keterbukaan diharapkan untuk mengurangi informasi
asimetris antara manajemen dan stakeholders terutama investor dan pemberi
pinjaman (Verrecchia, 1999). informasi asimetris terjadi karena manajemen
informasi lebih lanjut dan kewenangan yang lebih untuk memilih prosedur
akuntansi (Milne, 2002). Ini berarti bahwa
pengungkapan diharapkan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antara
perusahaan dan para pemangku kepentingan (Archambault & Archambault, 2003).
Pengungkapan tidak hanya
menguntungkan investor dan kreditur tetapi juga manajer dan perusahaan. Kualitas keterbukaan menunjukkan kredibilitas
manajemen (Ahmed & Courtis, 1991). Ia
juga percaya bahwa pengungkapan akan memberikan perlindungan kepada kepentingan
pemegang saham. Leftwich (2004)
berpendapat bahwa ketika terjadi penurunan tiba-tiba pasar modal, para investor
pada perusahaan yang memiliki kualitas yang baik praktek pelaporan akan
terlindung dari kerugian besar (Leftwich, 2004). La menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah
melaporkan kualitas baik mengalami penurunan harga saham kurang di bulan
Oktober 1929 di Amerika Serikat (AS) (Leftwich, 2004). Hal ini
didukung oleh Mitton (2002) yang menemukan bahwa perusahaan di lima negara
Asia, Indonesia, Malaysia, Korea, Filipina, dan Thailand, yang berkualitas baik
keterbukaan, memiliki harga yang lebih baik kinerja saham selama krisis
the1997-1998. Hal ini diyakini bahwa
baru-baru ini skandal besar seperti kasus Enron yang melibatkan multi-miliar
kerugian yang disebabkan oleh kurangnya transparansi.
Penghasilan
Smoothing
Namun, kita tidak bisa membesar-besarkan pentingnya
pengungkapan.pengungkapan Kendali adalah suatu
keharusan untuk menyeimbangkan kepentingan perusahaan dan para pemangku
kepentingan. Pengguna pelaporan
keuangan juga harus peduli tentang perilaku oportunistik manajemen yang tidak
dapat dihilangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengungkapan penuh.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin baik kualitas keterbukaan,
semakin besar kemungkinan bahwa perusahaan-perusahaan halus pendapatan mereka
(Shaw, 2003). Masalah ini kemudian bermasalah.Sementara kedua investor dan akuntan percaya bahwa kualitas baik
keterbukaan akan meningkatkan komunikasi antara investor dan perusahaan, di
sisi lain, ada hubungan positif antara kualitas pengungkapan dan perataan laba.
Beidlemen (1973) mendefinisikan
perataan laba sebagai upaya manajemen untuk mengurangi variasi dalam laba
sejauh diperbolehkan menurut prinsip akuntansi suara (Batara Guru &
Carlson, Maret 1997).Karmon dan Lubwama
(1997) menyatakan bahwa dengan mengurangi variasi dalam laba, manajer percaya
bahwa harga saham akan meningkat (Karmon & Lubwama, 1997). Bauwhede, Willekens, dan Gaeremynck (2003) menyatakan
bahwa kestabilan laba akan mempengaruhi persepsi para pemegang saham tentang
pendapatan ekonomi dan penilaian mereka tentang probabilitas kebangkrutan
(Bauwhede, Willekens, & Gaeremynck, 2003). Hal ini diyakini
bahwa investor memiliki sikap positif terhadap kinerja manajer 'jika mereka
dapat mempertahankan stabilitas pendapatan. Investor juga akan lebih mudah
untuk memperkirakan pendapatan masa depan jika stabilitas laba dapat
dipertahankan. Oleh karena itu, investor
cenderung membeli saham pada perusahaan yang menunjukkan stabilitas yang baik
dari penghasilan. Selain itu, Godfrey dan Jones (1999) menyatakan
bahwa perataan laba dapat digunakan untuk meminimalkan kemungkinan perhatian
politik yang merugikan kepada perusahaan, terutama bagi perusahaan publik yang
diselenggarakan besar dan perusahaan milik negara (Godfrey & Jones,
1999).
Perataan laba terjadi karena manajemen memiliki
keleluasaan untuk memilih prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan laba
rugi. Ronen dan Sadan (1981, dikutip dalam
Ashari, Hian, Soh, & Wei, 1994) menyatakan bahwa perataan laba dapat
dilakukan dengan tiga cara: 1) manajer dapat memilih saat terjadinya peristiwa
tertentu, 2) manajer dapat mengalokasikan pendapatan dan beban
selama periode akuntansi yang berbeda, 3) manajer memiliki opsi untuk
mengelompokkan item laba tertentu ke dalam kategori yang berbeda. Namun, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai "manipulatif" perilaku menyesatkan karena memberikan
informasi kepada investor (Ashari et al., 1994).
Isu yang paling menarik adalah bahwa kualitas
pengungkapan tidak menghilangkan perilaku oportunistik seperti perataan
laba. Ada bukti bahwa kualitas pengungkapan
memiliki hubungan positif dengan perilaku perataan laba (misalnya Ahmed &
Courtis, 1991; Shaw, 2003). Ini berarti bahwa perusahaan yang
memiliki kualitas yang baik dari pengungkapan lebih agresif dalam perataan
pendapatan mereka.Oleh karena itu, sangat berisiko bagi para investor untuk
hanya tergantung pada prinsip-prinsip keterbukaan. Shaw (2.003) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas tinggi
lebih mengadopsi pengungkapan pendapatan-penurunan akrual selama tahun kabar
baik dan mengadopsi relatif lebih meningkatkan pendapatan akrual selama tahun
berita tidur.
Untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan dan perataan
laba, data sekunder yang digunakan dalam makalah ini. Namun karena
keterbatasan data, makalah ini tidak dapat menguji hubungan langsung antara
keterbukaan dan perataan laba. Namun,
sebuah variabel konsentrasi kepemilikan digunakan untuk menghubungkan
pengungkapan perataan laba. Hal ini
dihipotesiskan bahwa semakin beragam kepemilikan saham atau kurang konsentrasi
saham di tangan pemegang saham tunggal, semakin besar kemungkinan bahwa
perusahaan-perusahaan halus pendapatan mereka (lihat Godfrey dan Jones, 1999;
Carlson dan Batara Guru, 1997). Hal
ini karena lebih beragam kepemilikan saham, semakin ketat pengawasan pemegang
saham. Oleh karena itu, manajer didorong untuk menunjukkan kinerja
yang stabil. Di sisi lain, juga
dihipotesiskan bahwa semakin beragam kepemilikan saham, perusahaan semakin
besar kemungkinan akan memiliki kualitas yang baik dari pengungkapan (lihat
Archambault dan Archambault, 2003). Perusahaan yang memiliki kurang
konsentrasi kepemilikan relatif lebih ditekan untuk mengungkapkan informasi
mereka, karena perusahaan tersebut akan menarik lebih banyak niat
politik.
Untuk menguji kedua hubungan antara
pengungkapan dan perataan laba, ada tiga variabel yang digunakan dalam makalah
ini, yaitu konsentrasi kepemilikan, indeks keterbukaan, dan status perataan
laba.Pengungkapan data indeks yang diadopsi dari Suripto
(1998), perataan laba data status yang diadopsi dari Jin (1997), dan
konsentrasi kepemilikan data yang tersedia di Direktori Pasar Modal
Indonesia.Semua data dan tes yang digunakan adalah diadopsi dari penelitian
saya sebelumnya (lihat Ghofar, 2003).
Pertama, dengan menggunakan regresi sederhana,
diketahui bahwa koefisien regresi adalah -0,613 konsentrasi kepemilikan yang
secara statistik signifikan. Ini berarti
bahwa ada korelasi negatif antara tingkat pengungkapan dan konsentrasi
kepemilikan. Dengan kata lain, kurang konsentrasi kepemilikan di
satu tangan pemegang saham, semakin baik kualitas keterbukaan. (Data dan
hasil statistik disajikan dalam lampiran.)
Kedua, menggunakan Mean Whitney tes,
diketahui bahwa mean konsentrasi kepemilikan perusahaan-mulus tidak berbeda
secara signifikan dari perusahaan yang halus, yang adalah nilai signifikan dari
uji rata 0,002. Ini berarti
bahwa ada hubungan antara perataan laba dan konsentrasi kepemilikan. (Data
statistik dan hasil disajikan dalam lampiran)
Dari kedua tes tersebut, dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak perusahaan mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan,
semakin besar kemungkinan perusahaan akan halus pendapatan mereka. Temuan
ini mendukung temuan Shawn (2003). Temuan ini dapat digunakan sebagai
peringatan bagi pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan data laporan
keuangan (Ashari et al, 1994.).Pengguna laporan keuangan harus mampu mendeteksi
perilaku perataan laba dan tidak hanya tergantung pada prinsip-prinsip
keterbukaan. Selain itu, temuan ini juga penting bagi tubuh pengaturan
standar untuk merumuskan aturan-aturan yang adil dan melindungi pihak eksternal
dari perilaku oportunistik manajer, karena pengungkapan saja tidak cukup.
Masalah
Pengukuran
Perilaku oportunistik para manajer dapat dikurangi
jika praktek akuntansi sistem pengukuran konsisten dan dapat
dibandingkan.Pengukuran, yang didefinisikan sebagai proses "menetapkan
nomor untuk mewakili kualitas '(RJ Chambers, 1965) adalah konsep yang paling
penting dalam akuntansi. Chamber (1965) menyatakan bahwa pengukuran
menjadi jelas penting untuk membandingkan atau memperoleh agregat atau
perbedaan antara dua atau lebih hal. Sejak akuntansi berperan dalam
pengambilan keputusan ekonomi, masalah pengukuran menjadi jantung ""
akuntansi. Kita harus perhatikan bahwa keputusan ekonomi adalah masalah
pilihan dari dua atau lebih alternatif.Oleh karena itu, kualitas laporan
perusahaan tergantung pada sistem pengukuran.
Isu utama adalah untuk membangun sistem pengukuran
yang akurat dan relevan. Namun, untuk mengatasi masalah tersebut bukan
pekerjaan mudah bagi akuntan. Pengukuran akuntansi harus membahas masalah
pengukuran dasar penilaian beberapa di dalam perusahaan dan dampak dari isu-isu
pada pengukuran laba bersih. Oleh karena itu, komparatif dan konsistensi
informasi akuntansi dapat dihubungi. Karena peran akuntansi adalah untuk
menyediakan pengguna informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi, komparatif dan konsistensi menjadi lebih penting. Masalah
perubahan harga yang masih kontroversial juga harus ditangani oleh
akuntansi.
Tanpa mengatasi isu-isu, kualitas laporan akuntansi
akan tetap rendah, sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan informasi tersebut
akan lebih mungkin salah. Makalah ini juga berpendapat bahwa saat ini
setara kas seperti yang diusulkan oleh Chambers (1980) dapat digunakan sebagai
alternatif untuk memperbaiki kelemahan dari pengukuran akuntansi yang
berlaku.
Penggunaan dasar pengukuran beberapa di set salah satu
laporan perusahaan
praktek akuntansi saat ini menggunakan pengukuran campuran dalam berurusan dengan penilaian piutang. Mereka menggunakan biaya yang lebih rendah atau pasar untuk persediaan, penilaian kembali serta penyusutan aktiva tetap dan sebagainya (Alfredson, et al, 2005).Chambers berpendapat bahwa pengukuran campuran ini menyebabkan kesalahan pengukuran campuran. Dolar jumlah aktiva berdasarkan harga perolehan yang disusutkan ditambahkan ke jumlah berdasarkan nilai pasar yang un-disusutkan (Chambers, 1980).
praktek akuntansi saat ini menggunakan pengukuran campuran dalam berurusan dengan penilaian piutang. Mereka menggunakan biaya yang lebih rendah atau pasar untuk persediaan, penilaian kembali serta penyusutan aktiva tetap dan sebagainya (Alfredson, et al, 2005).Chambers berpendapat bahwa pengukuran campuran ini menyebabkan kesalahan pengukuran campuran. Dolar jumlah aktiva berdasarkan harga perolehan yang disusutkan ditambahkan ke jumlah berdasarkan nilai pasar yang un-disusutkan (Chambers, 1980).
Selain itu, ini pengukuran campuran mengalihkan
perhatian konsistensi dan komparatif informasi akuntansi. Perusahaan
memiliki banyak pertimbangan untuk merancang akun mereka sendiri. Oleh
karena itu, ada jutaan cara untuk menghitung pendapatan dan merupakan aset
(Chambers, 1980). Perusahaan dengan karakteristik yang sama bisa
menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda yang menghasilkan informasi
akuntansi tak tertandingi.
informasi akuntansi gembala akan memimpin menyesatkan
keputusan ekonomi, karena pengguna akan tidak mampu membedakan "baik"
dan "buruk" perusahaan karena informasi yang
menyesatkan. Akuntansi akan sia-sia, karena menghasilkan informasi yang
tidak mencerminkan fakta.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana akuntan
menangani isu-isu tersebut di atas. Apakah pengukuran yang ideal untuk
mewakili account yang ada pada informasi keuangan? Sayangnya, sistem
pengukuran yang sempurna tidak tersedia dalam dunia
ketidakpastian. Semuanya tergantung pada sifat dari perusahaan dan tujuan
dari pengguna dalam membuat keputusan.
Secara praktis, berdasarkan Staubus (2004), ada dua
pandangan dasar pengukuran yang digunakan dalam menetapkan laporan
perusahaan.Yang pertama diusulkan oleh Chambers dan Sydney yang menerima satu
metode pengukuran dalam satu set laporan perusahaan, yang dikenal sebagai
realisasi harga saat ini bersih dan satu sama lain adalah keputusan-kegunaan
pandangan bahwa menerima beberapa metode pengukuran dalam laporan keuangan yang
sama (Staubus, 2004).
Staubus (2004) berpendapat bahwa ada beberapa poin
penting kesepakatan antara pengukuran tunggal dan pengukuran ganda, yaitu:
keduanya sepakat dalam kebutuhan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan, nilai pengukuran up-to-date, persyaratan aditivitas , dan
pentingnya kriteria keandalan. Namun, salah satu metode pengukuran dan
metode pengukuran beberapa titik mereka berbeda dalam memulai, para pembuat
keputusan ditujukan, keputusan untuk memperoleh informasi, dan populasi yang
konsep kekayaan yang diterima.
Dalam Chambers (1966), metode pengukuran yang
memberikan informasi dari semua aktiva dan kewajiban pada harga saat ini
realisasi bersih, yang dianggap sebagai setara kas awal saat harga barang dan
jasa dikorbankan dalam produksi ditransformasikan ke harga kontemporer dan
agregat. Di sisi lain, Staubus (2004) menyatakan bahwa pengukuran sempurna
aset tidak mungkin karena setiap aset dari setiap perusahaan adalah unik,
sehingga satu-satunya ukuran yang sempurna itu adalah harga hari ini untuk itu
aset yang unik, seperti harga hanya dapat diamati pada hari itu dibeli
atau dijual. Namun, akuntan memiliki tantangan yang jauh lebih besar dalam
melaporkan item aktiva bersih sebesar nilai pasar saat ini mereka jika pasar
sendiri tidak menyediakan informasi yang memadai. Oleh karena itu,
penggunaan pengukuran pengganti, yang berkaitan dengan realitas ekonomi pasar,
sedang dipertimbangkan untuk perkiraan harga tidak teramati.
Dalam hal pengambilan keputusan, khususnya bagi
investor, beberapa pengukuran direkomendasikan oleh Staubus karena kekhawatiran
investor tentang kapasitas masa depan perusahaan yang fokus pada potensi kas
positif dan negatif aliran aset perusahaan dan kewajiban (posisi likuiditas
perusahaan). Dengan tidak adanya kutipan pasar diamati bagi mereka potensi
arus kas, harga pasar pengganti harus dipilih berdasarkan keandalan dan
relevansinya dengan arus kas investor berorientasi keputusan (Staubus,
2004). Ini didasarkan pada titik pandang keuangan, yang menyatakan bahwa
nilai aset apapun adalah fungsi dari arus kas yang diharapkan dari aset
(Haugen, 1997).Namun, para pengguna laporan keuangan tidak hanya hanya
investor.Ada beberapa unsur lain yang paling penting dalam lingkungan pelaporan
keuangan, yaitu: perantara informasi, regulator, manajemen, dan auditor
(Beaver, 1998), yang dalam pengambilan keputusan, tidak hanya berfokus pada
arus kas. Selain itu, menyediakan pengukuran berdasarkan arus kas
keputusan tindakan yang lebih berorientasi masa depan ketimbang pengukuran
posisi keuangan sekarang (Chambers & Dean, 1986).
Masalah-masalah yang mengabaikan beberapa keuntungan
dan kerugian, konsep akrual dan pencocokan
Menurut Australia Dewan Standar Akuntansi (AASB)
101,80, Penyajian Laporan Keuangan, AASB berurusan dengan beberapa item yang
mungkin bisa memenuhi definisi kerangka pendapatan atau beban tapi biasanya
dikeluarkan dari laba atau rugi, seperti cadangan penilaian kembali (AASB
116,39 & 40), tertentu keuntungan dan kerugian yang timbul pada
menerjemahkan laporan keuangan operasi asing (AASB 121), dan keuntungan dan
kerugian yang mengukur kembali tersedia untuk dijual aset keuangan (AASB
139). Selain itu, praktek tradisional saat ini seperti akuntansi biaya
historis mengabaikan kerugian yang lebih banyak dan keuntungan seperti keuntungan
/ kerugian dari harga perubahan. Keuntungan atau kerugian diakui pada saat
aktiva tersebut dijual.
Mereka item tidak termasuk karena mereka dianggap
sebagai penyebab volatilitas dari keuntungan perusahaan, karena perubahan harga
pasar setiap saat. Argumen ini mengabaikan kenyataan bahwa perubahan dunia
dan ketidakpastian ada. Ketidakpastian dan volatilitas pasar tidak bisa
disangkal.
argumen itu juga mengabaikan fakta bahwa manajemen
memiliki tiga keputusan ekonomi, yaitu membeli, menjual, dan terus. Kami
hanya mengukur kinerja manajemen mengenai keputusan membeli dan
menjual. Keputusan untuk memiliki aktiva yang juga penting namun
diabaikan. Keputusan untuk terus juga mencerminkan waktu penjualan dan
pembelian. Keputusan untuk memiliki aktiva yang dapat menguntungkan
perusahaan serta keputusan penjualan dan pembelian.Sehingga, setiap perubahan
nilai aktiva yang terus harus dimasukkan dalam pengukuran laba.
Laba dapat didefinisikan sebagai peningkatan aktiva
bersih tidak termasuk jumlah kontribusi tambahan ke dan dari pemegang
saham.Konsep ini dikenal sebagai konsep pemeliharaan modal (Chambers,
1980). praktek akuntansi saat ini mengukur laba dengan mengurangi
pendapatan dari beban dalam periode yang sama (konsep
pencocokan). Pendapatan dan beban diakui pada saat mereka menyadari
(akrual). Namun, karena mereka mengabaikan perubahan harga dan menggunakan
prinsip pencocokan sewenang-wenang, mungkin keuntungan understated dan
dibesar-besarkan. Manajemen dapat menggunakan akrual untuk memanipulasi
laba dengan mengubah metode akuntansi dan kebijakan atau waktu pengakuan
pendapatan atau beban (Ashari, et al, 1994). Namun, berpendapat bahwa
prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip-prinsip kunci dari pelaporan
perusahaan.
Hal ini juga berpendapat bahwa prinsip-prinsip yang
sangat penting bagi pengguna, karena prinsip-prinsip tersebut akan memungkinkan
pengguna untuk mengukur kinerja manajemen. Konsep-konsep akrual dan cocok
dianggap sebagai cara terbaik untuk nilai dan laporan keuntungan.
Akrual konsep dan aturan yang cocok sesuai ketika
semua peristiwa keuangan dapat diidentifikasi pada periode di mana mereka
terjadi (Chambers, 1980). Akuntansi tradisional yang didasarkan pada
akuntansi biaya historis mengabaikan perubahan harga aset. Mereka hanya
diakui pada saat aktiva tersebut dijual, karena itu mereka mengabaikan untuk
periode panjang. Dampak keuangan perubahan nilai aktiva dihitung
menggunakan output fisik, maka penyusutan dihitung (Chambers, 1980). Dalam
hal ini, akuntansi tradisional hanya mengakui penurunan nilai aktiva karena
konsumsi manfaat ekonomi masa depan. Namun, karena pengukuran penyusutan
dan tekad untuk biaya terhadap pendapatan adalah kebijakan manajemen,
perhitungan tidak sesuai dengan fakta (Chambers, 1980).
Manajemen akan memilih waktu pengakuan dan metode
akuntansi yang sesuai dengan kepentingan manajemen. Berdasarkan teori
keagenan, manajemen akan bersikap pada bunganya. Manajemen akan berusaha
merampok para pemegang saham. Manajemen mungkin melebih-lebihkan dan
mengecilkan celah produktif akuntansi akrual.
Untuk memperbaiki kekeliruan tersebut, kita perlu
konsisten pengukuran sehingga manajemen tidak dapat menggunakan akuntansi
akrual merampok para pemegang saham. Pengukuran tunggal seperti unit
setara kas yang diusulkan oleh Chambers dapat digunakan sebagai
alternatif. Seperti disebutkan di atas, pengukuran ini menggunakan seragam
umum dan dasar penilaian aset yang setara kas. Semua aktiva tersebut dalam
unit kas. Dibebankan dari pendapatan yang didasarkan pada perubahan aktiva
setara kas (Chambers, 1980), sehingga manajemen tidak bisa "memanipulasi"
akuntansi akrual.
Masalah
Inflasi / deflasi
Akuntan telah sepakat bahwa unit moneter yang
digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan valuasi account. Nilai uang
dapat didefinisikan sebagai nilai tukar mata uang terhadap barang dan
jasa.Karena kesetimbangan uang dan barang dan jasa sulit untuk dicapai, nilai
uang akan berubah dari waktu ke waktu. Inflasi
adalah kondisi ketika tingkat harga akan naik dan lebih besar dari uang yang
diperlukan untuk mempertahankan volume transaksi tertentu (Chambers, 1980). Ini
berarti bahwa daya beli uang menurun. Deflasi adalah kebalikan dari
inflasi.
Akuntansi biaya historis yang digunakan sebagai dasar
pengukuran praktek-praktek tradisional mengabaikan perubahan nilai
uang.akuntansi biaya historis memiliki 3 ide yang digambarkan sebagai prinsip
periode, prinsip akrual, dan prinsip yang sesuai (Beaver, 1998; Chambers, 1980;
Peirson, 1966). Sejarah akuntansi biaya
menggunakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset dan layanan untuk
account nilai pada pelaporan keuangan. Pendapatan dibebankan ke
biaya tersebut pendapatan dalam periode yang sama. Chambers (1980) menyatakan bahwa jika barang atau jasa tidak dianggap
sebagai biaya periode pendapatan, biaya mereka akan dibawa maju ke periode
berikutnya dan dilaporkan sebagai aset.
Perubahan harga akan mendorong pelanggan dan produsen
untuk mengatur ulang pembelian atau penjualan. Pelanggan juga akan berhenti untuk membeli barang yang relatif lebih
mahal atau mengurangi pengeluaran pada barang-barang dan kenaikan pengganti
lebih murah (Chamber, 1980). Perusahaan
juga akan mencoba untuk menaikkan harga jual, maka pendapatan mereka akan
cenderung naik tetapi bagian pokok penjualan yang dibebankan pada pendapatan
pada tanggal yang lebih awal akan tertinggal di belakang kenaikan harga jual
(Chambers, 1980). Dengan demikian, keuntungan akan lebih
besar. Selain itu, aset di neraca dinilai berdasarkan biaya pembelian
mereka tidak akan sesuai dengan tingkat harga pada waktu itu (Chamber,
1980). Ini berarti bahwa dana atau modal yang digunakan akan
understated. Jika keuntungan yang
berlebihan dan modal adalah understated, tingkat pengembalian akan
dilebih-lebihkan (Chamber, 1980). Chamber
(1980) berpendapat bahwa jika tingkat keuntungan berlebih, hal itu akan
mendorong para investor untuk menyediakan lebih banyak uang untuk perusahaan,
oleh karena itu akan memperkuat pertumbuhan. Dia juga berpendapat bahwa biaya historis akan
menguntungkan perusahaan lebih tua. Dalam kasus resesi atau
deflasi, laba di bawah akuntansi biaya historis akan understated.
Namun, meskipun akan memperkuat
pertumbuhan, kita berargumen bahwa biaya historis menyesatkan pendapatan
perusahaan. Informasi akuntansi tidak
akan dapat diandalkan dalam kasus perubahan harga.Akuntansi
biaya historis tidak objektif dalam kasus inflasi / deflasi.Gagal untuk
menggambarkan nilai riil aktiva di neraca. Pasokan
investor uang bukan karena kinerja perusahaan, tapi hanya karena kinerja nyata
yang dibuat oleh perubahan harga. Para manajer akan lebih agresif
karena mereka merasa bahwa mereka membuat kinerja yang baik dan faktanya adalah
bahwa mereka tidak. Runtuh korporasi seperti Enron, HIH, OneTel adalah
bukti bahwa akuntansi biaya historis gagal memberikan informasi yang dapat
diandalkan dan relevan kepada investor.
Dampak Perubahan Nilai Aktiva tentang Akuntansi
Akuntansi tradisional yang didasarkan pada biaya historis tidak hanya mengabaikan fakta bahwa tingkat harga umum (inflasi / deflasi) berubah setiap saat, tetapi juga perubahan harga spesifik aset. Nilai aset akan berubah karena perubahan daya beli. Namun, perubahan harga spesifik aset juga akan mengubah nilai aset. Harga tertentu mungkin atau tidak bergerak ke arah yang sama dengan tingkat harga umum (Godfrey, Hodgson, dan Holmes, 2003). Peirson (1966) menyatakan bahwa idealnya akuntansi harus menyesuaikan perubahan harga spesifik aset seperti persediaan dan aktiva tetap, perubahan dalam tingkat umum harga, dan perubahan baik harga khusus dan harga umum.
Akuntansi tradisional yang didasarkan pada biaya historis tidak hanya mengabaikan fakta bahwa tingkat harga umum (inflasi / deflasi) berubah setiap saat, tetapi juga perubahan harga spesifik aset. Nilai aset akan berubah karena perubahan daya beli. Namun, perubahan harga spesifik aset juga akan mengubah nilai aset. Harga tertentu mungkin atau tidak bergerak ke arah yang sama dengan tingkat harga umum (Godfrey, Hodgson, dan Holmes, 2003). Peirson (1966) menyatakan bahwa idealnya akuntansi harus menyesuaikan perubahan harga spesifik aset seperti persediaan dan aktiva tetap, perubahan dalam tingkat umum harga, dan perubahan baik harga khusus dan harga umum.
Kami menerima atau tidak nilai aset seperti persediaan
dan aktiva tetap akan bervariasi menyeluruh waktu tanpa inflasi /
deflasi. Harga komputer telah menunjukkan relatif konstan meskipun inflasi
tumbuh.Penurunan harga komputer lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan
teknologi. Aset antik selalu menampilkan
harga naik sebagai aset tersebut semakin tua.
Untuk batas tertentu praktik saat
pengukuran akuntansi telah mengakui perubahan harga tertentu seperti penilaian
persediaan. AASB 1019 digantikan oleh AASB 102 mengatur bahwa persediaan harus
diukur berdasarkan biaya yang lebih rendah atau nilai realisasi bersih.Pengakuan
ini mengakomodasi perubahan harga persediaan.
Namun, praktik ini tampaknya hanya ad
hoc dan benar-benar menciptakan masalah lain. Chambers
(1980) berpendapat bahwa penilaian tersebut berarti dan
un-diinterpretasi. Jika konsep biaya adalah
aturan yang berlaku, tidak ada alasan untuk beralih ke nilai wajar dan
sebaliknya. Konsep biaya lebih rendah atau pasar sebenarnya
didasarkan pada konservatisme daripada objektivitas. Para pengguna tidak akan tahu yang digunakan dalam
pengukuran aktiva tertentu dan sejauh mana dampak konservatisme pada
persediaan.
Konsep depresiasi juga membingungkan. Alokasi
biaya selama umur yang diharapkan dari aktiva tidak mencerminkan nilai
aset. Aktiva mungkin dijual pada harga lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai buku.Jumlah penyusutan dihitung
sewenang-wenang. Metode Penyusutan
seperti garis lurus dan metode saldo menurun ganda tidak bisa dikatakan mencerminkan
pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan, karena metode tersebut sering
diterapkan untuk aset yang sama.Pengukuran konsumsi manfaat ekonomi
jarang dilakukan oleh akuntan.Sekali lagi akuntansi gagal menjadi objektif
karena pengukuran yang tidak dapat mewakili realitas. Istilah objektivitas
di sini didefinisikan sebagai tingkat pengukuran akuntansi mencerminkan
realitas (Wojdak, 1970).
Kesimpulan
Pengungkapan prinsip, sebagai prinsip tata kelola
perusahaan yang baik, adalah penting untuk melindungi investor atau pengguna
laporan keuangan. Penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki
kualitas yang baik keterbukaan menderita kerugian kurang di pasar keuangan
selama ambruknya pasar keuangan AS pada tahun 1929 dan krisis Asia 1997-1998 (Leftwich,
2004; Mitton, 2002).
Namun, pengungkapan tidak bisa
menghilangkan perilaku oportunistik manajer, yaitu perataan laba. Ada bukti bahwa kualitas pengungkapan berkaitan
dengan perataan laba (Shaw, 2003). Menggunakan
data sekunder dari perusahaan Indonesia, terlihat bahwa perataan laba ada dan
menghubungkannya dengan tingkat pengungkapan.
Investor dan badan-badan pengaturan
standar tidak dapat bergantung hanya pada implementasi keterbukaan. Investor harus dapat mendeteksi perilaku
perataan laba. Mereka tidak bisa hanya
mengandalkan pada apa yang manajer mengungkapkan, mereka harus menyelidiki
bagaimana manajer mempersiapkan pelaporan keuangan.Standar pengaturan tubuh
juga harus mempertimbangkan temuan ini dalam rangka merumuskan standar
akuntansi.
Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, sistem
pengukuran akuntansi tradisional harus ditingkatkan. Pengukuran tunggal
seperti unit setara kas yang diusulkan oleh Chambers dapat digunakan sebagai
alternatif. Seperti disebutkan di atas,
pengukuran ini menggunakan seragam umum dan dasar penilaian aset yang setara
kas. Semua aktiva tersebut dalam unit kas. Dibebankan dari pendapatan yang didasarkan pada
perubahan aktiva setara kas (Chambers, 1980), sehingga manajemen tidak bisa
"memanipulasi" akuntansi akrual. Pelaporan Keuangan
Internasional Standard (IFRS) telah selangkah lebih maju untuk meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan melalui penggunaan penilaian nilai wajar.
DAFTAR PUSTAKA
Soemarso, S.R.
2003. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 2). Jakarta: Salemba Empat.
http://www.google.com diakses tanggal 16 Juni 2010. Pengertian,
Jenis dan Manfaat Disclosure/ Pengungkapan Laporan Keuangan